Jumat, 26 Oktober 2012

Hati yang Tersakiti


Aku masih tetap menunggumu walau ku tau aku sudah tak ada artinya lagi bagimu. Hubungan yang kita rajut selama hampir tiga tahun harus kandas begitu saja karena kau lebih memilih dia daripada aku. Aku tidak mengerti mengapa kau cepat sekali berubah. Apakah aku tak pantas untukmu? Apakah selama kita merajut kasih kau tidak bahagia berasamaku? Bahkan selama ini aku selalu berusaha agar dapat membuatmu bahagia.

Aku sedih. Bahkan sangat sedih. Tak dapat ku ungkapkan lagi dengan kata-kata kesedihan yang mengelayut dihati melihat orang yang ku sayangi pergi begitu saja. Kini hanya tersisa kenangan yang telah menjadi sebuah pohon. Pohon yang telah mengakar kuat tertancap dihatiku. Aku hancur. Ingin sekali aku mengakhiri hidup ini. Aku sungguh tak sanggup hidup tanpamu oh si bibir jatuh ku. Ya, itulah panggilan sayangku untukmu ketika kita bersama dulu. Aku sunugguh merindukanmu. 

Satu minggu setelah kita berpisah, aku tau kau telah merajut kasih dengannya. Jika kau bahagia, akupun ikut berbahagia atas kebahagiaanmu walaupun sungguh hati ini remuk redam menahan derita. Aku berusaha sekuat tenaga untuk melupakanmu. Berat badanku semakin menurun. Aku sungguh tak memiliki kekuatan lagi untuk hidup. Namun ku paksakan diri ini untuk bangkit kembali meskipun harus melata. Tak lama kemudian aku bertemu seseorang yang dapat merubahku menjadi manusia yang lebih tegar dan membuatku menjadi wanita muslimah. Pertemuan yang cukup singkat namun penuh makna. Aku memanggilnya Qorry. Dia seseorang yang paham agama dan tutur katanya sangat bijaksana. Kalian berdua sangat jauh berbeda. Saling bertolak belakang satu sama lain. Namun hubunganku kembali kandas. Malah dia lebih menyakitiku daripada kau. Dia seolah-olah menuduhku bahwa aku masih sangat mencintaimu. Padahal aku tau bahwa dia hanya mencari-cari kesalahanku. Apa yang harus aku lakukan? Ternyata kalian sama saja. Kenapa kalian tega terhadapku?

Tak lama setelah hubungan kami berakhir aku mendengar kabar dari seorang teman bahwa dia akan segera menikah. Airmata langsung mengalir tak terbendung. Sebenarnya apa salahku? Dalam isak aku ingin sekali mencari tempat peraduan. Namun aku tidak tahu harus mengadu pada siapa atas beban hatiku ini. Beban yang sungguh tak mampu ku pikul sendiri. Aku ingin mati! Tiba-tiba azan berkumandang. Astaghfirullah! Aku langsung tersadar. Sesegera mungkin aku mengambil air wudhu kemudian sholat. Selesai sholat aku berdoa memohon ketabahan dan kekuatan. Aku mengadu kepada Allah atas derita ku dan segala yang kurasakan. Aku menangis sejadi-jadinya.
"Ya Allah hamba yang lemah ini ingin mengadu kepadamu atas segala derita dan beban yang hamba pikul. Hamba sungguh tidak tahu harus mengadu kepada siapa lagi selain Engkau. Ya Allah berilah hamba ketabahan dalam menghadapi ujian ini. Sungguh hamba yakin akan janjiMu. Hamba tahu semua ini pasti yang terbaik untukku, Sebab Kau lebih mengetahui yang terbaik untukku dibanding diriku sendiri. Tapi Ya Allah, mereka telah sangat menyakitiku. Hamba tak dapat membalas apa yang telah mereka lakukan kepadaku. Tapi segalanya hamba serahkan kepadamu. Mohon bantulah hamba ya Allah."

Beberapa hari berselang, aku mendengar kabar bahwa kau mengalami kecelakaan kerja. Aku sungguh kaget mendengarnya. Ya Allah, si bibir jatuhku mengalami kecelakaan. Kakimu mengalami patah tulang sebanyak tiga dan tulang dengkulmu juga retak. Aku tak dapat melihat keadaanmu, karena aku pasti tak tega melihat kau seperti itu. Aku yakin kekasihmu pasti akan merawatmu dengan baik. Aku hanya bisa mendoakanmu. Semoga kau diberi ketabahan dan kesembuhan.

Berbulan-bulan telah berlalu. Aku ingat ini memasuki bulan yang ketujuh setelah kau mengalami kecelakaan. Kau masih belum pernah meminta maaf kepadaku. Dan sampai saat ini pula kau masih belum sembuh juga. Apakah ini adalah balasan dari Tuhan kepadamu? Wallahualam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar