Minggu, 19 Mei 2013

Cinta Istri Kepada Suami

Ini adalah kisah temanku. Namanya adalah Marni. Dan Suaminya, Musa, adalah teman seprofesiku dalam bekerja. Jika Marni tidak menikah dengan Musa, maka kami tidak saling mengenal satu sama lain. Dan tentu aku juga tidak mengetahui tentang hidup mereka yang menurut ku sangat rumit.

Musa adalah seorang duda beranak lima. Dan Marni adalah janda yang memiliki anak lima pula. Mereka menikah dan memiliki satu anak. Jadi total anak mereka ada sebelas. Setelah Marni memiliki satu anak dari Musa, Marni sering bertandang ke rumah ku. Bahkan terkadang sepulang bekerja kami bertemu untuk sekedar mengobrol. Dia sering menceritakan tentang hidupnya dan masalah rumah tangganya kepadaku. Sebagai teman yang baik, aku berusaha menjadi pendengar yang baik pula. Dari ceritanya itu aku tahu banyak hal tentang dia, tentang suaminya dan orang-orang di sekitar mereka.

Dari penuturannya, terlihat sekali bahwa Marni sangat mencintai Musa. Dia berkorban apa saja demi kebahagiaan Musa. Dan dari Marni pula aku tahu jika Musa malah menyuruh Marni untuk memberi anak mereka kepada adik Musa yang tidak memiliki anak. Musa juga ternyata bercerai dengan mantan istrinya karena Musa berselingkuh dengan teman seprofesi kami dalam bekerja. Wanita itu bernama Aini. Dia sekarang telah pindah bekerja ke luar kota.

Marni juga menuturkan jika ia tidak diperbolehkan oleh Musa untuk menjenguk atau pun sekedar melihat keadaan anak-anak Marni dari suaminya yang pertama. Marni juga dilarang untuk melihat keadaan orang tua Marni yang kini tengah sakit-sakitan. Aku sungguh tidak menyangka. Musa yang terlihat begitu agamis tega berbuat seperti itu. Bagaimana mungkin ada seorang suami yang tega melarang istrinya bertemu dengan anak dan orangtuanya sendiri. Bagaimana pun tak ada yang namanya mantan anak atau pun mantan orangtua.

Kini Marni tengah hamil anak kedua. Dan seperti yang telah aku ceritakan sebelumnya, anak pertama mereka sekarang dirawat oleh adik Musa. Kehidupan rumah tangga mereka semakin rumit. Musa berselingkuh dengan seorang siswi SMA. Mereka sering bertemu di rumah teman dekat Musa. Tidak tahu apa yang mereka lakukan di sana. Hanya Tuhan dan merekalah yang mengetahuinya. Dan tak lama berselang Marni memergoki mereka sedang melakukan hubungan yang tidak sepantasnya mereka lakukan.

Marni meminta ku untuk menemui nya di suatu tempat. Di sana aku mendapatkan dia ingin mengakhiri hidupnya dengan menenggak racun serangga. Aku datang tepat saat dia ingin menenggak racun tersebut. Tanpa buang-buang waktu aku langsung merebut racun itu dari tangannya dan segera membuangnya.

Marni, kenapa kau seperti ini? Aku tahu beban yang kau pikul begitu berat. Tapi apakah tidak ada jalan lain yang bisa kau lalui selain dengan bunuh diri? Aku berusaha menenangkan Marni. Dia begitu kacau. Hidupnya begitu hancur. Aku sungguh prihatin melihat keadaannya. Namun aku tak bisa masuk ke dalam pemasalahan rumah tangga mereka lebih jauh lagi. Karena aku tidak memiliki hak dan kuasa untuk ikut campur dalam urusan mereka. Namun aku memiliki kewajiban untuk memberikan semangat dan membuat Marni bangkit dari keterpurukan.

Aku berusaha menasihati Marni. Namun apa yang harus aku lakukan untukmu Marni? Bahkan menikah saja aku belum. Tapi satu hal, aku berusaha ada, dikala kau membutuhkan tempat untuk mengadu.

Musa meminta maaf pada Marni dan dia berjanji tidak akan mengulanginya kembali. Kini, kandungan Marni sudah hampir memasuki bulan kesembilan. Dan ternyata Musa tidak dapat menepati janjinya. Malah kali ini semakin parah saja. Dia selingkuh bukan hanya dengan satu orang tapi tiga orang sekaligus. Aku sungguh kecewa dengan Musa. Kali ini Marni tidak seperti kemarin. Dia sangat tabah menjalani semuanya.

Ini adalah hari Sabtu. Aku libur bekerja dan meluangkan sedikit waktu untuk hang out bersama seorang teman. Aku terkejut begitu melihat Musa sedang bergandengan dengan seorang wanita yang tidak aku kenal. Begitu mesra dan tanpa rasa canggung. Tiba-tiba aku menerima panggilan telepon dari Marni. Dia meminta ku untuk datang ke rumahnya sebab ia seperti akan segera melahirkan. Dia berkata jika Musa ternyata sedang pergi entah ke mana, padahal aku tahu bahwa musa sedang asyik-asyikan bergandengan dengan selingkuhannya. Aku segera pamit kepada temanku dan tanpa membuang waktu lagi aku segera kesana.

Aku begitu iba melihat keadaan Marni pada saat aku sampai disana. Dia terlihat begitu pucat dan kesakitan. Aku tidak mau mengambil resiko. Segera ku bawa dia menuju rumah sakit dengan meminta bantuan warga sekitar. Di perjalanan menuju rumah sakit dia berkata kepadaku agar aku menyampaikan kepada suaminya jika dia meminta maaf yang sebesar-besarnya karena tidak bisa menjadi istri yang baik untuknya. Dan Marni juga meminta kepadaku untuk menyampaikan pada suaminya jika dia sangat mencintai Musa. sehingga aku diminta untuk tidak memberi tahu kepada Musa tentang keadaannya sebab ia tidak mau musa menjadi terganggu karena ia.

Marni tengah berada di dalam ruang persalinan. Aku begitu takut. Aku berusaha menghubungi Musa. Namun ponselnya tidak aktif. Setengah jam kemudian seorang dokter keluar dari ruang persalinan dengan wajah yang muram. Aku sangat takut. Aku ingin segera pergi dan berlari. Aku tidak siap mendengar kabar yang akan disampaikan oleh sang Dokter. Dan aku sedikit menjauh. Sang dokter mendatangi warga yang ikut bersama kami. Aku tidak begitu mendengar apa yang dokter itu sampaikan. Tapi seorang wanita tua diantara mereka menangis tersedu-sedu. Dan wanita lain diantara mereka berusaha menenangkan nya. Aku tahu apa arti dari tangisan tersebut. Dan semua terasa gelap. Aku tidak tahu lagi apa yang terjadi.

Begitu tersadar, aku langsung bertanya kepada seorang wanita yang menunggui ku ketika aku tidak sadarkan diri. Dia berkata bahwa Marni kini telah berpulang kepangkuan Allah dengan membawa serta anaknya. Marni mengalami pendarahan yang begitu hebat. Aku menangis tersedu-sedu. Kami segera menyusul ke rumah Marni sebab jenazah mereka telah dibawa pulang.

Di sana aku berusaha setegar mungkin. Hingga jenazah mereka disemayamkan aku masih belum melihat Musa pulang samasekali.

Kini jenazah Marni dan anaknya telah di semayamkan. Warga berpulangan ke rumah mereka masing-masing. Aku masih berada di pusara Marni begitu tiba-tiba Musa datang ke pemakaman. Aku melihat air mata musa tak terbendung. Dan begitu ia tiba di pusara istrinya, tangis nya pun semakin menjadi-jadi. Dia meraung-raung di samping pusara sang istri. Dia bertanya kepadaku apa yang terjadi kepada istrinya. Dan aku menceritakan semuanya kepada Musa. Aku juga menyampaikan pesan almarhumah Marni sebelum ia meninggal jika ia meminta maaf karena selama ia menjadi istri, ia tidak menjadi istri yang baik untuk suaminya. Dan Marni juga sangat mencintai Musa. Aku pamit kepada Musa untuk pulang terlebih dahulu.

Sudah tiga hari aku tidak melihat Musa datang bekerja. Dan suatu hari aku melihat ia sedang berjalan sendirian. Keadaannya begitu kacau. Bajunya terlihat dekil dengan rambut yang awut-awutan. Dari tetangganya aku mendengar kabar jika sekarang Musa menjadi orang yang tidak waras.
Inilah akhir kisah cinta kalian, Marni dan Musa. Cinta sejati hanya milik Allah semata.

Selasa, 12 Maret 2013

Pengorbanan Cinta

Aku baru saja bekerja di salah satu kantor yang ada di Medan. Ini adalah pertama kalinya aku bekerja. Di sana aku berjumpa dengan teman baru, Ani dan Maida. Mereka bersahabat karib dan mereka berdua sangat baik padaku. Ani berusia 28 tahun dan Maida berusia 35 tahun. Mereka wanita yang ramah, baik dan cerdas. Namun mereka berdua hingga sekarang masih belum menikah juga. Aku tidak tahu mengapa. Padahal untuk ukuran wanita, menurut ku mereka adalah wanita idaman setiap pria.

Kini setelah aku bekerja selama beberapa bulan di sana, aku menjadi dekat dengan mereka. Mereka seperti kakak bagiku. Terutama Ani. Kami sering mengobrol tentang banyak hal. Namun satu hal, jika membicarakan soal cinta, aku sangat tertutup dengan mereka. Suatu waktu, aku sedang dilanda masalah cinta. Ya, bisa dikatakan cinta telah membuat aku menjadi kehilangan separuh semangat dan keceriaan ku. Ani melihat perubahan pada diriku. Dia bertanya apakah aku sedang ada masalah. Aku hanya menjawab tidak. Namun Ani ternyata tidak mempercayai jawabanku. Ani hanya berkata "kalau punya masalah lebih baik di bagi dengan teman dari pada ditahan sendirian". Cukup lama aku terdiam. Lalu akhirnya aku ingin segera menuangkan segala beban hatiku yang sangat sulit untuk diatasi. Aku menceritakan kisah ku padanya bahwa aku mencintai seorang pria. Pria itu adalah mantan kekasihku. Namun kami harus berpisah sebab ego kami. Dari awal kami pacaran aku memang sudah sangat mencintainya. Lalu kami berpisah tanpa sebab yang pasti dan tanpa kata perpisahan. Hingga akhirnya setelah setahun kami dipertemukan kembali. Pertemuan dua insan yang seperti memiliki perasaan satu sama lain. Percakapan sederhana yang menyimpan kerinduan yang ingin ditumpahkan. Dan airmata kerinduan setelahnya. Aku memendam cinta. Cinta yang seharusnya membawa kebahagiaan namun buat ku ini seperti menggenggam bara. Aku bukanlah untuknya. Dan dia bukanlah untukku. Inilah kenyataannya.

Ani berkata jika aku memang sangat mencintainya mengapa tidak aku ungkapkan padanya tentang perasaan itu, karena memendam perasaan artinya aku telah membuang sebuah kesempatan. Ani tidak mengetahui jika perasaan ini ku ungkapkan maka akan ada hati yang tersakiti. Jika cinta semudah itu, maka semuanya akan mudah pula untukku. Namun cintaku tidaklah segampang yang dia pikirkan. Pria itu, aku sudah banyak mendengar kabar jika ia akan segera menikah. Sungguh menyakitkan mendapat kenyataan bahwa orang yang sangat ku cintai akan segera menikah. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Ani memberi ku sedikit motivasi agar aku jangan terlalu percaya dengan kabar burung. Bagaimana aku tidak bisa mempercayainya, sudah terlalu banyak orang yang mengatakannya padaku. Kini haruskah aku mengalah? Jika aku terus maju maka akan ada banyak hati yang tersakiti. Aku menyakiti diriku lebih dalam lagi dan aku juga menyakiti wanita itu. Tahukah Ani, setiap aku ingin melupakan pria itu, maka dia selalu hadir seolah-olah tidak mengizinkan aku untuk melupakannya. Aku sangat tersiksa dengan perasaan ini. Ingin menghindar namun aku tak kuasa. Ingin pergi aku tak mampu. Ingin maju? Aku takut. Akulah orang yang mencintainya dalam diam. Dan hanya mampu menyapanya dalam setiap untaian doa-doaku. Ani, salah kah jika aku menginginkannya? Ani menjawab pertanyaan ku dengan mengatakan jika janur kuning belum terpasang, maka aku boleh memilikinya. Tapi bagaimana dengan wanita itu Ani? Ani hanya menyuruh ku menyerahkan semuanya pada Allah. Terima kasih Ani, kau mau menjadi sahabatku, dan mau mendengar penderitaan ku. Kau memberikan motivasi dan nasihat yang berguna untukku. 

Keesokannya Ani masih mendapatkan aku murung. Dan ia menanyakan apa yang terjadi padaku hari ini? Aku menceritakan pada Ani bahwa aku ingin maju dan melanjutkan cintaku pada pria itu. Namun aku masih ragu. Dan aku sangat takut. Ani penasaran dengan pria yang sangat aku cintai itu. Dia menanyakan padaku siapakah pria itu. Aku menyebutkan sebuah namanya, yaitu Alwi Zakarsy. Ani terlihat kaget mendengar nama itu. Dan aku melihat perubahan pada raut wajahnya. Ada apa Ani? Mengapa kau terlihat kaget? Lama Ani memandang wajah ku, lalu Ani berkata kepadaku bahwa benar jika pria yang aku cintai itu akan segera menikah. Dia mengenal lelaki itu dan juga mengenal wanita itu dengan sangat baik. Dan meminta ku dengan lembut untuk mengalah demi wanita itu. Tapi  mengapa? Bukankah kemarin kau berkata bila aku masih memiliki hak untuk meneruskan cintaku? Ani hanya berkata "Dek, kamu masih muda dan cantik. Pasti akan ada pria lain yang akan sangat mencintaimu dari pada pria itu. Jika kamu meneruskan cintamu dengan dia, maka kau akan menyakiti wanita itu. Dan yang saya tahu wanita itu sangat mencintai pria itu juga". Apa yang Ani katakan kepadaku membuat aku bimbang dan membutuhkan waktu berhari-hari untuk memutuskan kembali apa yang akan aku lakukan selanjutnya. Baiklah, sepertinya apa yang Ani katakan kepadaku itu benar. Mungkin inilah yang terbaik bagi kami. Aku sadar bahwa akulah orang ketiga diantara mereka. Akulah yang seharusnya mengalah.

Satu bulan telah berlalu. Aku sekarang bisa menerima keadaan. Dengan harapan semoga aku akan mendapatkan lelaki yang lebih baik lagi untukku. Dan aku terus berdoa semoga Allah segera mencarikan lelaki yang terbaik untukku.

Hari Minggu yang cerah namun tak secerah hatiku yang masih kelabu. Hari ini aku libur bekerja. Seluruh keluargaku pergi ke rumah famili yang berada di Binjai. Sepupu ku yang bekerja di perpajakan baru saja tiba dari Aceh. Tinggallah aku seorang diri di rumah. Aku mendengar seperti ada seseorang yang mengetuk pintu. Aku begitu terkejut karena Ani yang datang. Padahal biasanya setiap Ani ingin datang pasti dia akan menelepon terlebih dahulu. Ku persilahkan Ani untuk masuk. Dan kulihat wajah Ani seperti orang yang sedang memiliki beban hati. Ada sejuta tanda tanya di benakku. Apa yang sedang terjadi dengannya? Tiba-tiba Ani berkata kepadaku "Dek, jika pria itu sangat mencintaimu dan dia juga sangat mengharapkan mu apakah kau akan bersamanya lagi?" Aku terheran mendengar pertanyaan ini. Aku lalu menjawabnya "Aku telah mengikhlaskan pria itu dan aku juga tidak mungkin menyakiti hati wanita itu Ani. Semoga mereka berbahagia". Hanya itulah yang bisa ku jawab. Ani tiba-tiba menangis mendengar jawabanku. Ada apa Ani? Apakah gerangan yang menyebabkan kau menangis? Sambil terisak-isak dia berkata, "Dek tahukah kamu siapa wanita itu?" Mendengar Ani bertanya seperti itu perasaan ku menjadi tidak karuan. Sepertinya aku akan mendengar kabar yang sangat tidak menyenangkan. "Tidak", jawabku pelan. Sambil terisak-isak ia melanjutkan perkataannya, "Wanita itu adalah aku".

Seperti ada petir yang menyambar-nyambar ketika aku mendengar Ani memberitahu ku siapakah wanita itu. Aku seperti tidak ingin mempercayai akan apa yang baru saja ku dengar. Air mata ini tak kuasa ku bendung. Ya Allah, kenapa harus dia? Ani adalah sahabatku. Dan jika aku tahu bahwa Ani lah wanita itu maka dari awal aku tidak akan pernah mau jatuh cinta dengan pria itu. Dan aku pasti tidak akan pernah ragu untuk melepaskannya. Betapa jahatnya aku yang mencintai kekasih sahabatku sendiri. Dengan terisak-isak aku langsung memeluk Ani dan meminta maaf padanya. Ternyata akulah orang ketiga yang dahulu pernah dia ceritakan padaku tak berapa lama setelah aku menceritakan cintaku. Ani hanya meminta tolong kepadaku sebagai seorang sahabat untuk benar-benar melepaskan pria itu. "Ani, tanpa kamu minta pun pasti aku akan merelakan dia jika aku tahu wanita itu adalah kamu. Bagaimana mungkin aku tega menyakiti sahabatku sendiri, Ani."

Esok pagi saat sarapan, aku sama sekali tak berselera untuk makan. Di depan keluargaku, ku paksa kan wajah ku seceria mungkin sebagaimana biasanya. Aku tidak ingin mereka tahu mengenai semua ini. Ibuku memulai percakapan. "Ra, tahu kan kalau bang Herman baru datang dari Aceh? Sekarang dia di pindah tugaskan ke Binjai. Jadi kerjanya udah dekat." Aku yang tidak terlalu mempedulikan berita itu hanya merespon dengan "hmmmm enak lah kalau gitu". "Ra, hmmmmm kemarin kok tiba-tiba ibu sama Wak Tini ngomongin tentang perjodohan. Terus Wak Tini bilang gimana kalau Ara kita jodohin sama Herman aja." Aku tersentak sangking kaget nya mendengar berita itu. "Apa buk, Ara sama bang Herman?" Aku disuruh memikirkan tentang perjodohan ini sebab nanti malam Wak Tini sekeluarga mau datang ke rumah ku.

Hari ini aku tidak melihat Ani datang bekerja. Setelah ku tanya kepada Maida ternyata Ani hari ini sedang sakit. Aku mengirimnya pesan singkat namun tak ada balasan sama sekali. Ini membuat aku tidak konsentrasi dalam bekerja. Ditambah lagi masalah perjodohan itu. Apalah yang harus aku lakukan nanti malam? Apakah aku harus menyetujuinya atau malah menolaknya. Selain itu apakah bang Herman akan menyetujui perjodohan ini? Pasti dia dengan tegas akan menolaknya. Aku berpikir dan terus berpikir, hingga akhirnya aku sudah membuat keputusan untuk nanti malam. Aku akan menolaknya juga.

Malam yang sangat berat bagiku. Wak Tini sekeluarga sudah tiba di rumahku. Bang Herman juga datang. Dan dia menyapa ku dengan sangat ramah sekali. Memang sudah lama sekali aku tidak berjumpa dengannya. Karena setiap kali dia pulang ke Medan, aku tidak pernah datang ke rumahnya. Sebab jarak antara rumah kami itu sangat jauh. Butuh waktu dua jam perjalanan.

Kami semua telah berkumpul di ruang tamu. Dengan panjang lebar mereka berbicara dan menyampaikan maksud kedatangan mereka. Kini tibalah saat yang menegangkan yaitu persetujuan kami berdua. Bang Herman lah yang pertama sekali berbicara. Dan dia menyetujuinya. Dia berkata bahwa sebenarnya dia lah yang pertama sekali mengusulkan tentang ini. Dia sudah lama sekali memendam perasaan padaku. Aku terkejut sekali mendengar bahwa dia menyetujuinya dan dia juga memendam perasaannya padaku. Bahkan aku kira dia lah yang paling depan menolak. Dia juga berkata bahwa kedatangan mereka bukan hanya untuk perjodohan, namun mereka datang untuk melamar ku. Perkataannya membuat ku terharu dan ingin menangis. Namun ku tahan. Tiba-tiba seperti ada perasaan yang menyeruak di hatiku dan aku tidak tahu perasaan apakah ini. Hatiku bergetar mendengar pengakuan dan perkataannya. Sekarang mereka semua menanti keputusanku. Dan aku memutuskan untuk menerima lamaran nya. Mereka semua sangat bahagia mendengar keputusanku. Wak Tini menyarankan agar kami segera menikah saja. Dan kami akan menikah bulan depan. Aku ingin sekali memberitahu berita gembira ini pada Ani. Aku menghubungi nya namun nomor hp Ani tidak aktif. Aku ingin mengirimkan pesan, tapi setelah ku pikir-pikir lebih baik aku memberitahu dia besok secara langsung saja.

Satu hari, dua hari telah berlalu, kini sudah memasuki seminggu, namun Ani masih belum masuk kerja juga. Setiap aku hubungi tidak pernah aktif. Ada apa sebenarnya dengan Ani. Esoknya ku dapati kabar bahwa Ani mengundurkan diri. Setelah ku tanya mengenai kebenaran berita itu dengan Maida, ternyata kabar itu benar. Dan Ani telah pergi keluar kota. Maida memberikan sebuah surat untuk ku. Sebuah surat dari Ani.

Untuk Ara sahabatku terkasih,
"Ara, saat kamu membaca surat ini maka aku sudah berada di perjalanan menuju sebuah kota di mana aku akan memperoleh ketenangan hati. Maafkan lah aku yang tidak bisa menjadi sahabat yang baik untukmu. Bahkan aku belum pernah mengucapkan terima kasih padamu karena kau telah menjadi sahabat yang sangat baik untukku. Aku juga tidak pernah mengucapkan terima kasih karena kamu dengan ikhlas melepaskan orang yang paling kamu cintai demi aku. Dan kau juga telah mengalah demi aku. Bagaimana aku membalas segala kebaikanmu, sahabatku?
Ra, aku tahu, kamu masih sangat menyayangi dia. Dan aku begitu terharu karena kamu rela melepaskan dia demi aku. Awalnya aku kira semua akan baik-baik saja setelah kamu melepaskannya. Namun nyatanya tidak. Kamu pernah bercerita kepadaku jika dia tidak menyayangimu. Itu semua tidak benar Ara. Dia masih sangat menyayangimu dan akan terus menyayangimu. Kalian adalah orang terbodoh yang pernah ku temui. Kalian saling mencintai. Dan sebenarnya kalian saling mengetahui perasaan kalian satu sama lain kan? Namun mengapa kalian selalu memendam rasa itu? Kalian begitu bodoh! Menyia-nyiakan cinta kalian hanya demi aku. 
Ra, kamu juga pernah bilang kalau kamu adalah orang ketiga diantara kami. Namun jika aku lihat, ternyata aku lah yang menjadi orang ketiga diantara kalian. Aku lah orang yang menghalangi cinta kalian. Bagaimana mungkin aku dapat melanjutkan hubungan ini ke jenjang pernikahan sementara yang ada di hatinya adalah kamu? Aku tidak ingin menjadi bayang-bayangmu, Ara. Aku sakit bila harus kehilangan dia. Namun aku akan lebih sakit lagi jika akhirnya kami menikah namun tanpa adanya cinta dari dia. Memang benar secara nyata aku telah memilikinya. Namun tidak hatinya. Aku merasa sangat tersiksa dengan keadaan seperti ini. Maka akhirnya aku memutuskan untuk pergi. Aku  ingin bahagia. Dan sekarang aku merasa lega bisa melepaskannya. Aku berharap kalian bisa berbahagia dan melanjutkan renda kasih kalian yang sempat terputus. Bersatu lah kembali dengan dia, Ra. Rajut lah cinta kalian dengan benang kasih sayang selamanya. Aku rela."

Membaca surat itu menetes lah airmata ku. Ani, mengapa kau meninggalkanku dengan keadaan seperti ini? Padahal aku baru saja akan cerita kepadamu bahwa tak lama lagi aku akan menikah. Aku ingin memberitahu mu kabar gembira itu, malah kau memberi ku kabar sedih ini dan kau malah meminta ku untuk kembali padanya. Sudah terlambat Ani. Aku tidak akan pernah bisa kembali padanya. Ada sebuah janji yang harus ku tepati. 

Sabtu, 16 Februari 2013

Makna di Balik Nomor HP

     Komunikasi adalah penting dan dapat dilakukan secara lisan dengan telepon. Ada telepon di rumah yang sifatnya terpaku di suatu tempat. Ada telepon seluler yang sifatnya bergerak dan terpaku pada si pembawa.
     Telepon seluler dikenal sebagai handphone. Setiap insan memiliki handphone sekarang. Nomor dari telepon dapat dijadikan sebagai media untuk melakukan analisa numerologi. Nomor telepon, baik telepon rumah maupun telepon seluler dapat digabungkan menjadi satu angka tunggal. Berdasarkan angka tunggal ini dapat dibaca interprestasinya. 
     Contoh nomor rumah: 021 7792306. Yang diperhatikan adalah nomornya tanpa tiga angka di depan yang menyatakan lokasi. Jadi nomornya adalah 7792306. Nomor itu dijumlahkan 7+7+9+2+3+0+6 menjadi 34 yang selanjutnya digabungkan 3+4 menjadi tujuh. Jadi tujuh adalah angka untuk nomor telepon 7792306. Contoh nomor seluler: 0816 1677 0858. Yang diperhatikan adalah nomor-nomor yang berada di posisi ke lima dan seterusnya karena empat nomor pertama adalah nomor spesifik dari providernya.  Jadi nomornya adalah 1677 0858. Nomor ini dijumlahkan 1+6+7+7+0+8+5+8 menjadi 42 yang selanjutnya digabungkan 4+2 menjadi enam. Jadi enam adalah angka untuk untuk nomor telepon 0816 1677 0858.
     Setelah mengetahui angka numerologi dari nomor telepon, maka Anda dipersilahkan membaca intresprestasinya berikut ini.

ANGKA SATU 
     Angka yang mencerminkan individualitas, mandiri dan ketegasan. Angka ini menjanjikan peluang menjadi perintis atau pemimpin. Identik dengan gagasan dan inisiatif. Bersifat pemberani dan pandai dalam penjelajahan. Angka ini cenderung mengutamakan diri sendiri dengan mengabaikan lingkungan di sekitar. 
ANGKA DUA
     Angka yang mencerminkan kegandaan dan dualisme. Angka ini menjanjikan peluang menjanjikan pembimbing dan penasehat. Identik dengan hati-hati dan lamban dalam mengambil keputusan. Bersifat penakut dan peka secara emosional. Angka ini cenderung mengutamakan kerjasama dan perdamaian serta kerukunan dalam lingkungan. 
ANGKA TIGA
     Angka yang mencerminkan kesenangan dan keceriaan serta gairah akan kehidupan yang menggebu. Identik dengan ketenangan dan tidak banyak bicara. Bersifat kreatif, praktis dan berjiwa besar dalam masalah kemanusiaan. Angka ini cenderung malas atau pasif sehingga perlu selalu dipicu untuk berkreasi secara maksimal. 
ANGKA EMPAT
     Angka yang mencerminkan kekuatan dan kekokohan. Angka yang mencerminkan kepercayaan diri tinggi. Identik dengan angkuh, sombong, dan sering menyepelekan orang lain. Sifatnya adalah stabil dan tidak emosional, serta sering mengutamakan logika. Juga kurang imajinatif sekalipun kreatif. Angka ini cenderung aktif dan giat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
ANGKA LIMA
     Angka yang mencerminkan kebebasan dalam berpikir dan bertindak. Angka yang mencerminkan perluasan dan pengembangan dalam berbagai kehidupan. Identik dengan keuletan, keingintahuan yang mencolok, serta keakraban dalam pergaulan. Angka ini cenderung piawai dalam berbicara dan spontan dalam berpartisipasi. 
ANGKA ENAM
     Angka yang mencerminkan asmara, persahabatan, dan kasih sayang. Angka yang mencerminkan perhatian menonjol untuk keluarga dan lingkungan sekitar. Identik dengan terbit dan teratur serta disiplin. Angka ini cenderung boros dalam bidang keuangan dan sering mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengabaikan kepentingan diri sendiri.
ANGKA TUJUH
     Angka yang mencerminkan  logika dan perenungan. Angka yang mencerminkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang mendalam dari setiap babak kehidupan. Identik dengan saksama, cermat dan adil bijaksana. Angka ini cenderung menghindari pekerjaan yang menuntut kegiatan fisik yang berlebihan dan selalu menghindar dari keramaian untuk menenangkan diri.
ANGKA DELAPAN
     Angka mencerminkan kerja keras. Angka yang mencerminkan perjuangan dalam meraih cita-cita karena memang tidak bisa mengendalikan keberuntungan. Identik dengan rajin, tekun, dan kerapihan dalam kegiatan. Angka ini cenderung mengutamakan urusan spiritual ketimbang finansial. Angka ini menonjolkan kehati-hatian dalam bertindak.
ANGKA SEMBILAN
     Angka yang mencerminkan cinta universal, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap alam sekitar. Identik dengan keseimbangan, harmonis, keramaian,dan idealis. Angka ini cenderung bergairah mengatasi berbagai masalah kehidupan dengan tuntas dan berusaha untuk menyenangkan orang lain.

Kamis, 06 Desember 2012

Pertemuan Dua Hati

Terimakasih ya Allah... Engkau telah mempertemukan kami kembali setelah sekian lama kami berpisah. Aku memang sangat ingin bertemu dengannya. Walaupun pertemuan kami hanya beberapa menit saja, namun itu merupakan anugrah terindah yang Engkau limpahkan kepadaku. Namun lidah terasa keluh saat dia menyapaku. Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan padanya dan aku juga tidak tahu apa yang harus aku jawab saat dia bertanya kepadaku. Aku hanya terpaku dan menunduk. Pada saat itu aku memang berusaha menghindar darinya sebisa mungkin. Walau sejujurnya aku sungguh sangat ingin bertemu dan melihat wajah orang yang pernah singgah dihatiku. Oh.. mantan kekasihku, wajahmu begitu teduh saat aku menatapnya. 

Jumat, 26 Oktober 2012

Hati yang Tersakiti


Aku masih tetap menunggumu walau ku tau aku sudah tak ada artinya lagi bagimu. Hubungan yang kita rajut selama hampir tiga tahun harus kandas begitu saja karena kau lebih memilih dia daripada aku. Aku tidak mengerti mengapa kau cepat sekali berubah. Apakah aku tak pantas untukmu? Apakah selama kita merajut kasih kau tidak bahagia berasamaku? Bahkan selama ini aku selalu berusaha agar dapat membuatmu bahagia.

Aku sedih. Bahkan sangat sedih. Tak dapat ku ungkapkan lagi dengan kata-kata kesedihan yang mengelayut dihati melihat orang yang ku sayangi pergi begitu saja. Kini hanya tersisa kenangan yang telah menjadi sebuah pohon. Pohon yang telah mengakar kuat tertancap dihatiku. Aku hancur. Ingin sekali aku mengakhiri hidup ini. Aku sungguh tak sanggup hidup tanpamu oh si bibir jatuh ku. Ya, itulah panggilan sayangku untukmu ketika kita bersama dulu. Aku sunugguh merindukanmu. 

Satu minggu setelah kita berpisah, aku tau kau telah merajut kasih dengannya. Jika kau bahagia, akupun ikut berbahagia atas kebahagiaanmu walaupun sungguh hati ini remuk redam menahan derita. Aku berusaha sekuat tenaga untuk melupakanmu. Berat badanku semakin menurun. Aku sungguh tak memiliki kekuatan lagi untuk hidup. Namun ku paksakan diri ini untuk bangkit kembali meskipun harus melata. Tak lama kemudian aku bertemu seseorang yang dapat merubahku menjadi manusia yang lebih tegar dan membuatku menjadi wanita muslimah. Pertemuan yang cukup singkat namun penuh makna. Aku memanggilnya Qorry. Dia seseorang yang paham agama dan tutur katanya sangat bijaksana. Kalian berdua sangat jauh berbeda. Saling bertolak belakang satu sama lain. Namun hubunganku kembali kandas. Malah dia lebih menyakitiku daripada kau. Dia seolah-olah menuduhku bahwa aku masih sangat mencintaimu. Padahal aku tau bahwa dia hanya mencari-cari kesalahanku. Apa yang harus aku lakukan? Ternyata kalian sama saja. Kenapa kalian tega terhadapku?

Tak lama setelah hubungan kami berakhir aku mendengar kabar dari seorang teman bahwa dia akan segera menikah. Airmata langsung mengalir tak terbendung. Sebenarnya apa salahku? Dalam isak aku ingin sekali mencari tempat peraduan. Namun aku tidak tahu harus mengadu pada siapa atas beban hatiku ini. Beban yang sungguh tak mampu ku pikul sendiri. Aku ingin mati! Tiba-tiba azan berkumandang. Astaghfirullah! Aku langsung tersadar. Sesegera mungkin aku mengambil air wudhu kemudian sholat. Selesai sholat aku berdoa memohon ketabahan dan kekuatan. Aku mengadu kepada Allah atas derita ku dan segala yang kurasakan. Aku menangis sejadi-jadinya.
"Ya Allah hamba yang lemah ini ingin mengadu kepadamu atas segala derita dan beban yang hamba pikul. Hamba sungguh tidak tahu harus mengadu kepada siapa lagi selain Engkau. Ya Allah berilah hamba ketabahan dalam menghadapi ujian ini. Sungguh hamba yakin akan janjiMu. Hamba tahu semua ini pasti yang terbaik untukku, Sebab Kau lebih mengetahui yang terbaik untukku dibanding diriku sendiri. Tapi Ya Allah, mereka telah sangat menyakitiku. Hamba tak dapat membalas apa yang telah mereka lakukan kepadaku. Tapi segalanya hamba serahkan kepadamu. Mohon bantulah hamba ya Allah."

Beberapa hari berselang, aku mendengar kabar bahwa kau mengalami kecelakaan kerja. Aku sungguh kaget mendengarnya. Ya Allah, si bibir jatuhku mengalami kecelakaan. Kakimu mengalami patah tulang sebanyak tiga dan tulang dengkulmu juga retak. Aku tak dapat melihat keadaanmu, karena aku pasti tak tega melihat kau seperti itu. Aku yakin kekasihmu pasti akan merawatmu dengan baik. Aku hanya bisa mendoakanmu. Semoga kau diberi ketabahan dan kesembuhan.

Berbulan-bulan telah berlalu. Aku ingat ini memasuki bulan yang ketujuh setelah kau mengalami kecelakaan. Kau masih belum pernah meminta maaf kepadaku. Dan sampai saat ini pula kau masih belum sembuh juga. Apakah ini adalah balasan dari Tuhan kepadamu? Wallahualam.